Semarang berproses! Julukan tersebut patut diberikan untuk ibukota Propinsi Jawa Tengah ini. Seiring dengan perkembangannya, fenomena global pada kota-kota besar di Indonesia seperti kemacetan, peningkatan populasi penduduk, problem tata ruang, dan pemukiman pun melanda kota Semarang. Hal tersebut merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi para pemangku jabatan di kota lumpia ini. Implementasi dari komitmen kota Semarang untuk terus tumbuh dan beradaptasi dengan sejumlah tantangan adalah menjadi salah satu kota yang terpilih pada program
100 Resilient Cities (100RC).
Keterlibatan Semarang dalam program ini sangatlah prestisius. Mengapa? Karena Semarang merupakan salah satu kota dari 67 kota yang terpilih setelah melalui proses seleksi ketat bersama 700 kota di dunia yang mengirimkan aplikasinya. Proses seleksi ini masih terus berlangsung hingga menembus angka 100 kota. Apa sebenarnya program ini dan dampak positifnya bagi kota Semarang?
100 Resilient Cities (100RC) merupakan program yang mendapat support finansial secara penuh dari Rockefeller Foundation. Program ini memberikan peluang bagi kota Semarang untuk berbagi informasi, berkolaborasi dan melakukan praktis-praktis cerdas bersama 99 kota lainnya di seluruh dunia untuk membangun kota. Kerjasama tidak terbatas pada anggota 100RC saja namun juga menggandeng beberapa mitra 100RC antara lain Microsoft, IDB, World Bank, Cities Alliance, RMS, Swiss Re, dan lain-lain. Bentuk kerjasama bisa berupa kerangka studi, perencanaan, pendanaan program dan evaluasi.
Harapan dari program ini adalah kota Semarang senantiasa tangguh menghadapi segala guncangan dan tekanan secara fisik maupun sosial sehingga terbentuk sebuah ketahanan kota yang meliputi :
1. Faktor dan Framework
Ketahanan kota adalah kemampuan terpadu dari semua elemen kota yang meliputi individu, masyarakat, konsep, lembaga, perusahaan, infrastruktur dan sistem untuk dapat terus bertahan, beradaptasi serta tumbuh agar dapat mengatasi guncangan dan tekanan baik secara fisik maupun sosial. Kemampuan ini memungkinkan kota untuk membuat perencanaan secara integral dan proaktif serta merespon secara efektif semua tantangan yang ada sehingga menjadi kota tangguh.
2. Strategi Ketahanan Kota
Implementasi Strategi Ketahanan Kota adalah pelaksanaan program 100RC dalam kurun waktu Mei hingga Januari 2016 yang terbagi atas dua tahap :
a. Tahap 1
Tahap penyusunan PRA atau dokumen penilaian awal ketahanan kota, berupa :
• Identifikasi stakeholder yang ambil bagian dalam program
100RC dan disebut forum ketahanan kota.
b. Tahap 2
Penyusunan dokumen CRS atau Strategi Ketahanan Kota, berupa :
• Identifikasi kelemahan dan kekuatan kota Semarang
• Identifikasi asset-aset kritis
3. Guncangan dan Tekanan
• Guncangan
Guncangan adalah peristiwa atau kondisi yang terjadi secara tiba-tiba dan berdampak pada operasional fungsi kota
Meliputi : banjir, wabah penyakit, kebakaran, tanah longsor, kekeringan, masalah pasokan bahan baku
• Tekanan
Tekanan adalah peristiwa atau kondisi yang terjadi secara kontinue dan berkala dan berdampak pada operasional fungsi kota
Meliputi : krisis air bersih, banjir rob, stabilitas pasokan listrik, kemiskinan dan pengangguran, kemacetan, krisis ekonomi, abrasi kawasan pantai, pencemaran oleh sampah, pencemaran air sungai dan penurunan muka tanah.
Isu Krisis Air Bersih
Krisis air bersih di Semarang bukanlah permasalahan yang baru, namun kerap terjadi di setiap musim kemarau yang dimulai sejak tahun 2002. Isu latar belakang terjadinya krisis air bersih ini meliputi :
• Kurangnya pasokan air dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kudu, Genuk.
• Kebocoran pipa PDAM sejauh 40,55 kilometer
Krisis air bersih menjadi salah satu masalah yang sangat krusial di Semarang karena PDAM merupakan salah satu sumber air bersih untuk masyarakat kota Semarang. Konsumsi air PDAM selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan jumlah pelanggan terbanyak adalah rumah tangga.
Isu krisis air bersih sebenarnya bukan hanya permasalahan kota Semarang namun merupakan masalah global kota-kota besar di dunia. Jacques Diouf, direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan bahwa penurunan ketersediaan air di dunia tidak sebanding dengan penggunaannya yang meningkat dua kali lipat dibandingkan seabad yang lalu.
Penyebab Krisis Air Bersih di kota Semarang
Air merupakan sumber kehidupan yang utama. Namun terkadang orang memandang remeh keberadaan air. Padahal selalu akan timbul masalah apabila kuantitas air berlebih atau kurang. Banjir adalah resiko dari kelebihan air, sedangkan kekurangan air akan membuat makhluk hidup sengsara dan berpotensi terkena penyakit.
Penyebab krisis air bersih di kota Semarang meliputi :
a. Peningkatan populasi penduduk yang sangat pesat dan penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata.
b. Penurunan debit air karena kekeringan
c. Tidak terawatnya kolam retensi PDAM
d. Reklamasi atau alih fungsi lahan untuk resapan air
e. Ekploitasi air tanah secara besar-besaran sehingga menyebabkan penurunan permukaan tanah
f. Perilaku manusia yang menggunakan sungai sebagai sumber baku PDAM untuk berbagai macam keperluan
g. Kerusakan lingkungan karena adanya penggundulan hutan, global warning dan pencemaran air.
h. Manajemen pengelolaan air yang kurang baik
i. Pembangunan gedung di daerah resapan air
Dampak Krisis Air Bersih di kota Semarang
Dampak yang timbul sebagai akibat krisis air bersih di Semarang meliputi dua bidang yaitu :
a. Kesehatan
Kelangkaan air bersih akan menyebabkan terjadinya beberapa penyakit yaitu Diare, Kolera, Hepatitis, Disentri, Malaria dan cacingan.
b. Ekonomi
Terbatasnya ketersediaan air bersih akan membuat harga air menjadi mahal. Masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah tentu tidak akan mampu membeli air sehat yang layak dikonsumsi.
Solusi Krisis Air Bersih di kota Semarang
Masalah krisis air bersih terkadang kurang begitu mendapat perhatian dibandingkan penanggulangan banjir, padahal potensi dampak dan kerugian juga sangatlah besar, khususnya bagi warga perkotaan.
Solusi untuk krisis air bersih di kota Semarang yaitu :
a. Perbaikan sistem distribusi PDAM sehingga dapat melayani semua pelanggan
b. Pembuatan embung atau waduk-waduk dalam skala kecil untuk menampung air saat musim kemarau
c. Pembagian air dengan sistem bergilir
d. Perawatan kolam retensi
e. Pembuatan lubang Biopori untuk media peresapan air di dalam tanah
f. Reboisasi hutan akan mengembalikan fungsinya sebagai kawasan penangkapan air (Catchment area).
g. Penggunaan inovasi para mahasiswa jurusan Teknik Mesin Undip yaitu Ocean Windmill Desalinator (Omitor) yang berfungsi untuk mengubah air laut menjadi air bersih.
|
Omitor, Inovasi dari Mahasiswa Undip |
|
h. Menggalakkan kembali gerakan hemat penggunaan air
i. Sosialisasi gerakan more crop per drop (makin banyak tanaman dengan setitik air) pada petani dengan teknologi budidaya hemat air.
j. Belajar dari sejumlah kota di dunia dalam mengatasi krisis air. Salah satu contohnya yaitu implementasi manajemen air perkotaan terintegrasi dan pemanenan air hujan.
k. Pendekatan ekohidrologi
l. Pengawasan secara ketat terhadap pemanfaatan air tanah
m. Memberlakukan kewajiban penyediaan lahan terbuka pada setiap pemberian IMB
n. Adanya aturan yang mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap bangunan sebagai cadangan air tanah.
Hal yang paling mendasar dari semua solusi untuk krisis air bersih di kota Semarang adalah penanaman paradigma kepada seluruh lapisan masyarakat untuk merubah perilaku yang cenderung menyebabkan kerusakan pada lingkungan. Sebaik apapun sistem, rancangan maupun konsep untuk mengatasi krisis air, jika perilaku manusianya tidak berubah, maka proses tidak akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Saat seluruh masyarakat berperan serta secara aktif dan memberi dukungan secara penuh dalam upaya mengatasi krisis air bersih ini, maka akan membuat Semarang menjadi kota tangguh!